Pacitan, Ibukota Prasejarah Dunia

April 19, 2010 at 8:46 am Leave a comment

David Kuncara
http://jurnalnasional.com/

Manusia purba dari Sangiran dan Trinil memanfaatkan Pacitan sebagai bengkel peralatan.
PREDIKAT “ibu kota prasejarah dunia” layak disandang Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebab, kota yang terletak di perbatasan Jatim-Jateng ini menyimpan ratusan lokasi situs prasejarah. Tak kurang dari 261 lokasi situs prasejarah. Baik dalam tahapan eksploitasi maupun yang telah disurvei tim arkeologi.
Situs-situs tersebut berada di jajaran Gunung Sewu (Pegunungan Seribu). Tersebar mulai di Kecamatan Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung hingga Kecamatan Tulakan.
Gunung Sewu secara geologis dan geografis terpisah dari wilayah Pulau Jawa lainnya. Iklimnya kering. Relief bukit kapur, gua dan gua payung banyak terdapat di daerah ini. Cukup ideal sebagai tempat tinggal bagi manusia purba. Pun ada banyak jenis bebatuan sileks lokal bermutu sebagai bahan baku pembuatan peralatan dan senjata.
“Melihat banyaknya situs prasejarah yang ada, Pacitan bisa disebut sebagai ibukota prasejarah dunia,” kata Johan Perwiranto, Kasi Museum dan Kepurbakalaan, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Pacitan.
Adalah Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald, paleontolog dan geolog dari Jerman, penemunya. Setelah menemukan alat-alat serpih di bukit Ngebung, Sangiran, Jawa Tengah, setahun kemudian, tepatnya tahun 1934, ia mengunjungi daerah Punung (Pacitan).
Bersama MWF Tweedie, secara tidak terduga ia menemukan situs Kali Baksoka, situs Paleolitik yang cukup besar. Bahkan, dari sini pula, 3.000 artefak dikumpulkan.
Sebagai ungkapan rasa gembira, konon von Koeningswald menggelar pertunjukan wayang selama tujuh hari tujuh malam. Temuan budaya paleolitik bawah ini kemudian terkenal sebagai Budaya Pacitanian.
Upaya penggalian intensif kembali dilakukan sejak tahun 1992. Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) yang dipimpin Harry Truman Simanjuntak menemukan 13 kilogram batu rijang dan sejumlah alat pangkas di situs Song Keplek. Pada 1995, tim arkeolog dari Prancis yang dipimpin Francois Semah ikut bergabung.
Ketebalan sedimen isian gua Song Keplek sekitar tiga meter; 150 sentimeter pertama merupakan lapisan arkeologis yang terdiri dari beberapa fase hunian sekitar 4.500-8.000 tahun lalu. Namun, penggalian di situs ini akhirnya dihentikan, tahun 1996. Sebab, kesepakatan dengan pemilik tanah belum tercapai.
Sementara itu, di situs Song Terus, tim menemukan kerangka manusia purba dari ras Austrialid (hidup sekitar 12.000 tahun SM). Saat ditemukan, kerangka manusia purba berjenis kelamin perempuan ini dalam posisi terlipat; disangga beberapa batu dan menghadap ke dinding goa seraya memegang alat-alat yang terbuat dari batu.
Satu lagi kerangka manusia yang ditemukan adalah dari ras Mongoloid. “Penggalian biasanya akan berlangsung antara akhir Juli hingga Agustus,” kata Johan.
Jumlah kerangka manusia yang ditemukan di wilayah Pacitan, kata Johan, memang tidak banyak. Kalah dibanding penemuan di Sangiran dan Trinil (Kabupaten Ngawi). Namun, untuk alat-alat (litik), jumlahnya jauh lebih banyak.
Berbagai macam peralatan bisa ditemukan. Mulai dari kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, mata panah, serut, alat-alat dari tulang (spatula) dan sebagainya. “Diyakini, manusia purba dari Sangiran dan Trinil memanfaatkan Pacitan sebagai bengkel peralatan,” kata Johan pula.
Kapak genggam banyak ditemukan di situs Paleolitikum Koboran, Sungai Banjar, dan Kali Baksooka. Jenis kapak inilah yang menjadikan Pacitan terkenal dalam dunia prasejarah dengan sebutan: Pacitanian.
Terbuat dari jenis batu Kalsedon dengan, ciri-cirinya, ada dua pangkasan pada kedua sisinya. Dengan begitu, terciptalah bentuk simetris poros. Dua sisinya retus menyeluruh, menurut keadaan dan bentuknya yang menonjol.
Sementara itu kapak perimbas juga ditemukan di Kali Baksooka, Sungai Banjar, Sungai Karasan, Sungai Jatigunung, dan Kedung Gamping. Kapak perimbas berbahan dasar sama dengan kapak genggam, yaitu batu kalsedon. Peralatan ini punya ciri-ciri tajam hanya pada satu sisi dan agaknya digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Jenis beliung banyak ditemukan di situs Ngrijangan, Desa Sooka, Kecamatan Punung. Di situs ini, para arkelog telah mengidentifikasi berbagai jenis beliung. Seperti: kapak persegi, kapak corong, kubur persegi, pahat neolitik dan serut. Situs Ngrijangan oleh para arkeolog disinyalir sebagai bengkel beliung pada masa neolitikum.
Ketergantungan hidup manusia prasejarah pada alam mengilhami mereka untuk membuat alat-alat berburu. Salah satunya panah. Bekas peninggalannya ditemukan di situs Blawong di Desa Mantren, Punung, yang diduga menjadi bengkel mata panah. Selain Kecamatan Punung, sebaran situs mata panah juga meliputi Kecamatan Pringkuku dan Donorojo.
Berbagai macam benda prasejarah dan peralatan kuno itu masih bisa dilihat di Museum Buwono Keling. Meski jumlahnya tidak banyak, paling tidak suguhan koleksi bisa menambah wawasan pengetahuan. Khususnya bagi para pelajar maupun mahasiswa yang menempuh studi arkeologi.
Selain menyimpan benda prasejarah, di museum ini juga dipajang berbagai peralatan budaya tradisional. Seperti: papan penanggalan Jawa, wayang, dan peralatan untuk menentukan hari baik bagi warga yang ingin mengadakan hajatan. “Benda-benda prasejarah itu sebagian besar dibawa ke Jakarta untuk penelitian lebih lanjut,” kata Wahyu Pujiono, staf Museum Buwono Keling. n

Kutipan:
Adalah Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald, paleontolog dan geolog dari Jerman, penemunya.

Entry filed under: budaya, keilmuan, sejarah.

Song Terus situs manusia di Pegunungan seribu Membaca Masa Lalu Melalui Geowisata Goa

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


angan keyen


caretan kecil penaku..
kerusakan lingkungan....
pedihnya kaum minoritas..

My account in facebook

My account in yahoo

Calendar

April 2010
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930  

Archives

Blog Stats

  • 70,652 hits

Share this blog

Bookmark and Share
Bookmark

Print and pdf

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 5 other subscribers
blog-indonesia.com
Best regards,